Berawal ketika ekspedisi yang kulakukan bersama
teman-teman workshop yang diadakan oleh Citilink bertemakan Citilink Creative Academy, dalam
pelaksanaan workshop tersebut ada satu tantangan yang diberikan oleh Panitia
guna untuk melihat hasil materi workshop yang telah diberikan selama kurang
lebih tiga hari.
Dalam tantangan tersebut kami
diberikan sebuah kamera yang nantinya digunakan untuk mengabadikan keadaan
Braga berdasarkan perspektif masing-masing peserta sesuai dengan gambar yang
akan menjadi bahan untuk dipersentasikan pada pertemuan terakhir sebagai bukti
hasil dari workshop tersebut.
Sayapun mulai melakukan action
mengambil gambar-gambar yang berada disekitar jalan Braga, diawali dengan
memotret papan nama masuk Konferensi Asia Afirka (KAA), yang tepat berada di
jalan Asia Afrika berbatasan dengan
jalan yang menjadi target sasaranku nyaitu menuju Braga.
Fhoto : Papan Nama KAA
bersama (Peserta Citilink Creative
Academy)
Ketika sedang asyik
memotret gedung-gedung yang mempunyai
nilai sejarah cukup tinggi, tiba-tiba mataku tertuju ke seseorang yang berada
tepat di seberang jalan, akhirnya tanpa rasa ragu dan malu sayapun menghampirinya, kemudian dengan cukup
berani saya pun berkata terhadap sesosok manusia yang cukup tua yang sedang merapikan
motor ditempat parkir tersebut.
Pak bolehkah
saya memotret bapak? sambil tersenyum
sayapun balik bertanya ga apa2 kok pak Cuma photo sebentar aja. Dengan
nada yang cukup tegas Bapak tua tadi pun mengatakan jangan...jangan
nak...pokoknya bapak tidak mau di photo...
sang bapak pun menjawab ? jangan nak
bapak malu sambil menundukkan kepalanya, lalu
Sayapun terjekut, sedikit
tercengang sejenak, namun sambil berfikir kenapa yah si bapak ini tidak mau di
photo padahal banyak sekali orang yang senang untuk di photo,akhirnya saya pun
bergegas menghampiri lagi si bapak sambil berfikir bagaimana caranya untuk bisa
merayunya, agar mau di photo.
Walhasil, saya pun tak kalah ide
bertanya lagi kepada bapak tadi....PaK! kalau boleh tahu usia bapak sudah
berapa tahun? kemudian si bapak tadi pun menjawab; bapak usianya sudah tiga
bendera nak...sambil terheran-heran sayapun terperanjat sambil
berkata,; maksudnya bapak apa yah? Kok usia bapak tiga Bendera,.sambil memegang pembatas parkir si
bapak pun menjawab: maksudnya bapak lahir itu sudah pernah melihat bendera
Jepang, bendera Belanda dan terlahir bendera merah putih yang sampai sekarang
masih berkibar.......Sambil mengangguk kepala saya pun baru faham bahwa maksud
bapak tadi, beliau usianya itu sama lamanya bendera-bendera yang pernah
berkibar di Negara Indonesia artinya cukup berumur usianya..
Kemudian saya pun bertanya
kembali, kalau nama bapak siapa? Dan sudah berapa lama bapak menjadi tukang
parkir!,dengan cukup tegar sang bapak pun menjawab; nama bapak Eman;
bapak sejak tahun 50 an sudah menjadi tukang parkir, awalnya bapak punya pabrik
oncom di Ciateul Bandung, namun bangkrut seiring dengan banyaknya
persaingan saat itu, akhirnya bapak pun beralih menjadi tukang parkir, karena
mau kerja yang lain cukup susah terhalang oleh ijasah, kebetulan bapak lulusan
SR (sekolah rakyat) jadi agak susah untuk melamar kerja.
Di sela-sela keasyikan mengobrol
saya pun menanyakan perihal kondisi braga dulu dan sekarang, bapak tua tadipun
menjelaskan bahwa, dulu Braga ini tempat yang cukup ramai dikunjungi orang
karena tempatnya yang bersih, rapi dan masih sejuk udaranya, karena jarang
sekali kendaraan-kendaraan lewat jalan ke Braga.bahkan braga ini pun banyak di
lalui orang banyak yang sedang berlari dari alun-alun menuju badak putih
(Balaikota sekarang).
Ngomong-ngomong kalau boleh tahu anak bapak
ada berapa yah pak! Apakah mereka semua sekolah? Bapak punya anak 6 orang,
alhandulilah semuanya sekolah sampai tamat lulus SMA bahkan ada satu orang yang
lulus sarjana jawab pak Eman. Nah maaf sekali lagi mau tanya kalau boleh tahu
apa sih rahasianya sehingga bapak yang usianya sekarang sudah memasuki 82 tahun
masih tetap sehat walafiat.jawab bapak; ilmunya cuman hanya ada dua, yang
pertama selalu tersenyum dalam kondisi apapun (bersyukur), kedua jangan pernah
marah walaupun ada orang yang menyakiti kita cukup dihadapi dengan sabar
(bersabar)
Di akhir obrolan kami
pun, saya memberanikan diri sambil berkata kepada pak Eman, baik bapak terima
kasih banyak atas
obrolan yang cukup
panjang ini, mudah-mudahan bapak hari ini dan seterusnya
dimudahkan mencari rizkinya,sebelum saya
pamit saya mohon izin untuk dapat berfoto dengan bapak sebagai kenang-kenangan.
Akhirnya saya pun
dapat berpoto dengan bapak Eman, yang dibarengi dengan rasa penuh kegembiraan
khusus bagi saya karena sudah dapat memotret pak Eman disamping itu pun saya
dapat Ilmu yang luar biasa mengenai kehidupan pak Eman sebagai
Manusia Tiga Bendera yang memiliki
pengalaman hidup yang bermakna bagi saya tersendiri. Saya ucapkan banyak terima
kasih pak Eman sang MAN PARKING THREE... BENDERA In BRAGA....
Mulyana & Pak EMAN